Artinya: "Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu diatas tepi jurang api neraka, maka Allah mendamaikan antara hati kamu. 2. Firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 9 وَاِنْ طَاۤىِٕفَتٰنِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اقْتَتَلُوْا فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَاۚ فَاِنْۢ بَغَتْاِحْدٰىهُمَا عَلَى الْاُخْرٰى فَقَاتِلُوا الَّتِيْ تَبْغِيْ حَتّٰى تَفِيْۤءَ اِلٰٓى اَمْرِ اللّٰهِۖفَاِنْ فَاۤءَتْ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَاَقْسِطُوْا ۗاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ Artinya "Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali kepada perintah Allah, maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil." QS. Al-Hujurat 9. Baca Juga Terkena Santet? Begini 3 Ayat Al-Quran Penghancur Jin Asal Dukun 3. Sabda Rasulullah dalam HR. Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah الصُّلْحُ جَائِزٌ بَيْنَ الْمُسْلِمِيْنَ إِلاَّ صُلْحًا حَرَّّمَ حَلاَلاً أَوْ أَحَلَّ حَرَامًا وَالْمُسْلِمُوْنَ عَلَى شُُرُوْطِهِمْ إِلاَّ شَرْطًا حَرَّمَ حَلاَلاً أَوْ أَحَلَّ حَرَامًا Artinya KumpulanHadits Hadits Tentang Peminpin Beserta Penjelasannya. Hadits pertama: Kesejahteraan Rakyat Adalah Tanggung Jawab Seorang Peminpin. حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
Ilustrasi persaudaraan. Foto PixabaySeorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain. Islam pun mengenal konsep tentang persaudaraan yang dikenal dengan nama ukhuwah. Dalam buku Membumikan Alquran oleh Quraish Shihab menerangkan bahwa ukhuwah merujuk pada persamaan dan keserasian dengan pihak lain. Baik persamaan keturunan dari segi ibu, bapak, keduanya, maupun dari persusuan, juga persamaan lainnya seperti suku, agama, profesi, dan perasaan. Selain itu, Islam juga memberi pedoman umat Muslim dalam menjalin hubungan baik dengan sesama. Pedoman ini disampaikan melalui Alquran dan hadits yang merupakan sumber hukum umat Hadits tentang PersaudaraanBerikut kumpulan hadits tentang persaudaraan yang bisa jadi pedoman untuk menjaga persatuan dengan sesama yang Beriman Sesungguhnya BersaudaraDalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 10 disebutkan bahwa umat muslim itu adalah saudara satu dengan berfirman "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat." Al-Hujarat ayat 10.Selain itu, dikutip dalam buku Ensiklopedi Hak dan Kewajiban dalam Islam karya Syaikh Sa'ad Yusuf Mahmud Abu Aziz, Hadits tentang persaudaraan juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda"Sesungguhnya di sekitar Arasy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya. Di atasnya ada kaum yang mengenakan pakaian dari cahaya dan wajah mereka bercahaya. Mereka bukan para nabi dan syuhada. Mereka didengki oleh para nabi dan syuhada."Para sahabat bertanya, "Siapakah mereka itu, wahai Rasulullah?"Beliau menjawab "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling berkumpul karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah." HR. An-Nasai di dalam As-Sunan Al-Kubra.Sesama Muslim Ibarat Satu TubuhIlustrasi persaduaraan, Foto PixabayIslam memberikan petunjuk kepada umatnya untuk menjaga persaudaraan. Caranya dengan saling tolong menolong dan memerhatikan satu sama bersabda “Kamu akan melihat kaum mukminin dalam kasih sayang dan cinta-mencintai, pergaulan mereka bagaikan suatu badan, jika satu anggotanya sakit, maka menjalarlah kepada lain-lain anggota lainnya sehingga badannya terasa panas.” HR. Al-BukhariHadist ini menjelaskan bahwa hubungan muslim dengan muslim lainnya diibaratkan seperti tubuh. Jika ada salah satu anggota tubuh yang terluka, satu badan akan turut merasakan sakit. Oleh sebab itu, Rasulullah meminta umatnya untuk bersatu dan saling Memutuskan Tali oleh Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda sebagaimana “Janganlah kalian saling hasad, saling berbuat najasy, saling marah, dan saling mendiamkan. Dan janganlah kalian menjual di atas penjualan orang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara orang muslim. Janganlah dia berbuat zalim dan janganlah merendahkannya.” HR. MuslimKesimpulan dari hadits ini adalah memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang harus kita jauhi untuk menghindari perpecahan dengan sesama muslim. Misalnya saling iri dengki, saling marah, bersaing dengan tidak sehat dalam jual beli, dan lain mencari cari aib saudaraMencari aib untuk mencelakakan orang lain merupakan perbuatan yang tidak terpuji. Hal ini dapat menimbulkan perpecahan antar sesama. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda“Jauhilah prasangka jelek, karena prasangka jelek adalah ucapan yang paling berdusta dan janganlah mencari-cari isu. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara” Hadits Bukhari dan Muslim.

Sesuai shalat (fardhu) Rasulullah SAW beristighfar kepada Allah tiga kali lalu berkata: "Ya Allah, Engkau maha pemberi ketentraman dan perdamaian. Dari Engkau lah datangnya ketentraman dan perdamaian, wahai Robb yang maha memiliki keagungan dan kemuliaan." (HR. Muslim)

Teks-teks Hadis adalah catatan kisah penggalan-penggalan momentum tertentu dalam kehidupan Nabi saw. Kisah ini awalnya diriwayatkan sebagai transmisi pengetahuan dari generasi ke generasi, kemudian dikumpulkan dan dibukukan. Periwayatan, pengumpulan, dan pembukuan teks-teks Hadis merupakan ijtihad ulama yang mencerminkan perspektif tertentu. Perspektif ini kemudian melahirkan pilihan-pilihan pasal, bab, dan tema terhadap teks-teks Hadis yang dikumpulkan. Dalam ilmu Hadis dikenal bahwa perspektif Bukhari’ ada pada penamaan pasal dan bab-bab dalam kumpulan Hadis Sahihnya. Tentu saja ada teks-teks Hadis mengenai hukuman dengan kekerasan, penyelesain konflik dengan peperangan, dan anjuran-anjuran serta motivasi untuk berlaga dalam medan perang. Tetapi banyak juga teks-teks mengenai pengampunan, penghentian dan pelarangan peperangan, penciptaan perdamaian, pelarangan kekerasan, berbaik kepada musuh, dan anjuran-anjuran serta motivasi untuk kerja-kerja sosial yang bisa mengalihkan pilihan perang dan kekerasan. Tetapi karena konteks sosial-intelektual yang ada, setiap generasi memiliki perspektifnya masing-masing, bahkan setiap mazhab, aliran, dan bahkan setiap ulama dalam membaca teks-teks Hadis tersebut. Kata “JIHAD” misalnya, penelusuran sederhana terhadap kamus Hadis seperti al-Mu’jam al-Kabir karya ath-Thabrâni dan Jâmi’ al-Ahâdits karya as-Suyuthi , menunjuk pada konsep-konsep perang fisik, ibadah haji, umrah, bekerja mencari rizki yang halal, menjaga kemandirian keluarga, penelitian pengetahuan, bahkan kerja-kerja domestik rumah tangga. Tetapi konteks tertentu telah membawa banyak orang hanya mengenal dan memahami jihad’ sebagai konsep perang fisik dalam Islam. Jika kisah Hathib bin Abi Balta’ah ra. di atas dipahami sebagai pengampunan total terhadap segala dosa seorang yang berjihad perang, bagaimana dengan teks Hadis yang justru dengan tegas membatalkan pahala jihad seseorang hanya karena ia mempersempit jalan, atau melukai perasaan seseorang? Imam Ahmad, Abu Dawud, dan ath-Thabrani meriwayatkan, bahwa dalam suatu perang tertentu berkata “Barangsiapa mempersempit jalan dengan bangunan rumahnya, menutup jalan rapat-rapat, atau melukai seorang mukmin, maka pahala jihadnya hilang”. Jâmi’ al-Ahâdîts, no. Hadits 2280. Meminjam analisis Mohammed Abu-Nimer dalam studi Islam dan perdamaian, ada tiga perspektif dalam pembacaan teks-teks Hadis, atau al-Qur’an, untuk isu-isu ini. Pertama perspektif jihad-perang, dimana teks-teks perang menjadi dasar memaknai teks-teks perdamaian. Dalam pembacaan ini, ajaran dan anjuran damai dalam Islam dipahami secara situasional dan sebagai strategi sosial politik mempersiapkan kekuatan internal, yang pada saatnya kemudian segala energi digunakan untuk melumpuhkan semua kekuatan musuh. Kedua perspektif damai-perang, dimana baik teks damai maupun teks perang dibaca pada konteks masing-masing. Dalam pembacaan ini, dianut sebagian besar pemikir modern muslim, perdamaian adalah prinsip dan peperangan hanyalah alat untuk mencapai dan memastikan perdamaian berjalan di muka bumi. Peperangan masih dianggap efektif pada masa sekarang dan akan datang, tetapi harus ditujukan untuk pertahanan dan penciptaan perdamaian. Karena itu, perang harus segera dihentikan begitu perdamaian disepakati. Perspektif ketiga adalah perspektif perdamaian yang mirip dengan kedua, tetapi ia lebih melokalisir efektifitas perang hanya pada masa pra-modern, sehingga teks-teks damai menjadi sumber utama pengenalan ajaran Islam masa depan. Abu-Nimer, 2008, A Framework for Nonviolence and Peacebuilding in Islam, Singapore MUIS. Perspektif perdamaian, baik yang kedua maupun yang ketiga, dimana merupakan keniscayaan pada kehidupan kita sekarang, menuntun kita untuk menemukan prinsip-prinsip dan semangat hidup damai dari teks-teks Hadis yang sama yang dibukukan para ulama. Kita memiliki pilihan penuh untuk membacanya dengan perspektif kekerasan atau semangat kedamaian. Jika kita yakin bahwa esensi Islam adalah damai, sebagaimana secara etimologi adalah kedamaian dan kesejahteraan, maka tugas kita ke depan adalah justru membaca teks-teks Hadis untuk penciptaan dan pengembangan hidup damai, baik antar umat Islam maupun antar manusia. Ada banyak fakta dari teks-teks Hadis yang mendukung perspektif ini. Pada umur 35 tahun, Nabi saw telah menginisiasi mediasi damai untuk konflik antar kabilah Quraish paska bencana banjir yang menghancurkan Ka’bah. Selama 13 tahun hidup di Mekah, da’wah Nabi saw menegaskan pentingnya kesabaran, jalan damai, dan tidak menempuh jalan kekerasan sekecil apapun dan dalam kondisi apapun. Konflik antara sahabat di Madinah, konflik rumah tangga Rasulullah sendiri, sama sekali tidak pernah diselesaikan dengan kekerasan. Ajaran-ajaran Nabi saw mengenai pengampunan, kesabaran, kesetaraan manusia, keadilan, kebaikan-kebaikan sosial, dan larangan-larangan menzalimi, menyakiti, mencederai seseorang, banyak sekali ditemukan dalam teks-teks Hadis yang direkam kitab-kitab rujukan. Perspektif perdamaian akan memungkinkan inisiatif para perempuan pada masa Nabi saw akan diapresiasi sebagaimana apresiasi yang sementara ini diberikan pada sahabat laki-laki. Tuntutan mereka terhadap kehidupan rumah yang lebih baik dan tanpa kekerasan, tuntutan pendidikan yang layak, bahkan tuntutan perhatian dari wahyu langit atas kiprah perempuan, seharusnya diapresiasi sebagai sumber teladan dimana para perempuan generasi berikutnya bisa mengambil pelajaran untuk melakukan tuntutan yang sama dan hak-hak yang lain. Jihad rumah tangga yang dilekatkan pada perempuan dalam suatu teks Hadis, seharusnya tidak dipahami sebagai domestifikasi perempuan. Tetapi lebih merupakan apresiasi Nabi saw atas kerja-kerja domestik, yang menjadi domain perempuan pada saat itu, dan sekaligus untuk menarik minat laki-laki. Pertama karena perempuan pada masa Nabi saw juga aktif dalam hal ekonomi, sosial, dan politik-perang. Kedua, karena Nabi saw sendiri, sebagaimana dalam Hadis Aisyah ra. riwayat Bukhari, di dalam rumah biasa melakukan kerja-kerja domestik. Memang dari teks-teks Hadis yang ada, kita belum bisa mengatakan Islam telah mengembangkan secara eksplisit idiologi anti kekerasan. Para ulama juga belum secara signifikan mengembangkan perspektif perdamaian untuk kemanusiaan, terutama pada perspektif yang ketiga untuk antar penganut agama yang berbeda. Tetapi prinsip-prinsip ajaran damai bisa ditemukan dari teks-teks Hadis, karena itu pengembangan perspektif perdamaian adalah mungkin. Bahkan pengembangan ini merupakan keniscayaan pada konteks kita sekarang yang multikultural, dimana banyak umat Islam juga hidup sebagai minoritas, dan terutama untuk mengapresiasi keterlibatan perempuan. Perspektif pertama yang meminggirkan inisiatif perdamaian, akan membesar-besar kiprah-kiprah maskulin dan dengan sendirinya akan mendiskriminasi kiprah-kiprah sosial perempuan yang sebagian besar berada pada domain sosial, domestik, dan bersifat feminin. Teks-teks Hadis, sebagaimana juga al-Qur’an dan teks-teks suci di agama-agama lain, bisa dibaca untuk perspektif kekerasan, atau sebaliknya untuk pengembangan hidup damai. Jika kita meyakini agama sebagai kekuatan sosial bagi umat manusia untuk pengembangan kehidupan masa depan yang lebih baik, adalah tugas kita bersama untuk memastikan bacaan kita terhadap sumber-sumber agama untuk menumbuhkan inisiatif damai, kerjasama, dan persaudaraan kemanusiaan. Untuk hal ini, kita harus belajar dari para perempuan masa Nabi saw dan kiprah-kiprah para perempuan muslim generasi berikutnya, dan generasi kita sekarang. Wallahu a’lam.[] Baca Juga Dirasah Hadis 1 Islam, Perempuan, dan Pengembangan Inisiatif Perdamaian Similar Posts
SunanAn-Nasa'i Sunan Ibnu Majah Sekitar 40 hadits Penjelasan tentang mendamaikan antara manusia Shahih Al-Bukhari Kitab Perdamaian Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Mu'tamir berkata, aku mendengar bapakku Bukan disebut dusta orang yang mendamaikan antara manusia Shahih Al-Bukhari Kitab Perdamaian “Tidak akan masuk surga kalian sebelum beriman. Dan, kalian tidak dikatakan beriman sebelum saling menyayangi. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang jika dilakukan akan membuat kalian saling menyayangi? Sebarkan salam di antara kalian” HR. Muslim.ِALIANSI INDONESIA DAMAI – Hadis di atas menunjukkan bahwa Islam mewajibkan setiap umatnya agar menjadi pribadi yang berjiwa damai serta senang untuk menciptakan perdamaian. Di mana pun, kepada siapa pun, dalam situasi apa pun, seorang muslim dituntut untuk dapat membangun muslim dikatakan tak sempurna imannya bila belum menunjukkan komitmen untuk menjaga kedamaian dan keselamatan orang lain atau lingkungannya. Cita-cita atau niat baik setiap muslim pun harus dicapai melalui cara yang tidak menyakiti atau mengganggu keselamatan orang segi bahasa, kata salām’ dalam hadis tersebut selain bermakna sapaan kepada orang lain atau salam dalam Bahasa Indonesia, dapat juga diartikan dengan perdamaian. Anjuran menyebarkan salām sesuai hadis di atas tak ubahnya perintah untuk menyemai perdamaian di antara atau ishlāh oleh sebab itu sangat ditekankan dalam Islam. Kemajuan suatu bangsa ditentukan dari semangat warganya untuk berislah, berhenti dari pertikaian dan perang untuk menuju kepada keadaan yang soal sukses atau tidaknya suatu kaum mengupayakan islah yang diperhitungkan Allah Swt. Yang dipandang oleh Dia Yang Maha Agung adalah seberapa tinggi tingkat kerja keras manusia dalam mewujudkan islah di antara kelompok yang orang-orang yang sedang berselisih memang bukan perkara mudah karena masing-masing pihak pasti dipenuhi ego masing-masing. Namun, umat muslim dapat meneladani Rasulullah Saw. yang hampir sepanjang hidupnya senantiasa mengupayakan perdamaian di antara kabilah-kabilah Arab yang bertikai. Hal itu beliau lakukan karena Islam yang dirisalahkan kepadanya adalah agama yang mendamaikan dan menyatukan Al-Quran Surat Al-Hujurat ayat ke-10 Allah Swt. Berfirmanإِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu yang berselisih dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat” QS. Al-Hujurat 10.Melalui ayat tersebut Allah Swt. mengingatkan bahwa segala bentuk perselisihan di antara umat manusia hendaknya didudukkan secara adil serta diupayakan jalan keluarnya yang paling baik dan bisa diterima oleh pihak-pihak yang konteks masa kini di mana kita hidup di era milenial yang ditandai dengan kemajuan ilmu dan teknologi, ayat di atas masih tetap relevan dan akan terus relevan sepanjang zaman. Terlebih lagi dihadapkan pada tahun politik seperti yang sedang melanda Indonesia, berbagai inisiatif untuk mewujudkan islah sesama anak bangsa sangat dunia maya, bangsa Indonesia seakan-akan terpecah belah karena terjadi polarisasi politik. Sebagian orang tidak segan mencaci dan mengancam kelompok yang tak sejalan sikap politiknya. Tak jarang fitnah dan informasi bohong hoax dimunculkan dan diviralkan untuk mendukung cacian dan ancaman mereka. Gesekan antarkelompok di dunia nyata tak jarang terjadi dipicu oleh situasi konflik yang ada di dunia juga Komitmen Generasi Muda Untuk PerdamaianSebagai umat mayoritas, peran muslim untuk membumikan budaya cinta damai kepada seluruh bangsa dinanti. Merujuk pada hadis di atas, ada banyak hal yang bisa diupayakan umat muslim untuk mendamaikan kelompok-kelompok yang bertikai di negeri ini. Di antaranya adalah dengan menyebarkan kedamaian di sebanyak-banyaknya tempat dan kepada sebanyak-banyaknya manusia. Umat muslim mesti mengingatkan para pihak yang bertikai agar saling menyayangi meskipun berbeda pilihan politik karena sejatinya sesama bangsa Indonesia adalah ayat lain Allah menegaskanلَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْواهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذلِكَ ابْتِغاءَ مَرْضاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan obrolan mereka, kecuali dari orang yang menyuruh untuk memberikan sedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perbaikan hubungan di antara manusia. Dan, barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberinya ganjaran yang besar” QS. An-Nisa 114.Oleh M. Saiful Haq, mahasiswa Pascasarjana UIN Jakarta
KumpulanHadits tentang Peradilan - Mutiara Hadits Peradilan Peradilan Minta Jabatan Sebagai Hakim Hakim Melakukan Kesalahan Minta Jabatan Hakim dan Berambisi di Dalamnya Larangan untuk Melakukan Sogokkan Hadiyah untuk Para Pekerja Cara Memberikan Putusan Hukum Putusan Hakim Jika Salah
Perdamaian bukan hanya sebuah kata yang indah, namun juga merupakan sebuah tujuan mulia yang harus diupayakan oleh setiap manusia. Terlebih lagi, bagi umat Muslim, perdamaian merupakan prinsip utama dalam beragama. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, “Dan Allah mengajak ke Darussalam dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus” QS. Yunus 25. Namun, dalam realitas kehidupan sehari-hari, seringkali kita melihat adanya konflik antara sesama manusia, bahkan dalam lingkup yang lebih kecil seperti keluarga atau komunitas. Untuk itu, kita perlu memahami dan mengaplikasikan hadits-hadits tentang perdamaian, sebagai panduan untuk membina hubungan yang harmonis dan damai dengan sesama. Hadits tentang Pentingnya Menjaga Perdamaian Sebagai umat Muslim, menjaga perdamaian harus menjadi prioritas utama dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini beberapa hadits yang menegaskan pentingnya menjaga perdamaian Hadits Arti “Tidaklah beriman orang yang mengenyahkan tetangganya yang lapar.” Orang yang tidak peduli dengan kondisi tetangganya yang kekurangan dan kelaparan, maka ia bukanlah orang yang beriman. “Orang yang paling utama di antara kalian adalah yang paling banyak memberi salam.” Memberi salam merupakan tanda kepedulian dan membangun keakraban antara sesama. “Tidaklah beriman orang yang kenyang sedangkan tetangganya lapar.” Orang yang tidak memperhatikan kebutuhan tetangganya, terutama dalam hal makanan, maka ia bukanlah orang yang beriman. Hadits-hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya menjaga perdamaian dengan sesama, terutama dalam lingkup tetangga. Bukti kepedulian kita terhadap sesama harus ditunjukkan dengan tindakan nyata, bukan sekadar ucapan belaka. Hadits tentang Menghindari Perpecahan Perpecahan dan permusuhan antara sesama manusia seringkali muncul akibat adanya perbedaan pandangan atau kepentingan. Untuk itu, hadits-hadits berikut ini mengajarkan pentingnya menghindari perpecahan Hadits Arti “Janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling hasut, janganlah kalian saling memusuhi, janganlah kalian saling menipu, dan janganlah kalian saling mengecilkan diri.” Hadits ini mengajarkan betapa pentingnya menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama, dengan tidak melakukan tindakan yang dapat menimbulkan perpecahan. “Sesungguhnya setiap umatku akan masuk surga kecuali orang-orang yang enggan.” Dalam konteks ini, “orang-orang yang enggan” merujuk kepada orang yang enggan untuk berdamai dan saling memaafkan dengan sesama. “Barangsiapa yang menutupi kesalahan seorang Muslim, maka Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya di hari kiamat.” Hadits ini mengajarkan pentingnya saling memaafkan dan melindungi kehormatan sesama Muslim, sebagai upaya untuk menghindari perpecahan. Dengan menghindari perpecahan, kita akan dapat menjaga hubungan yang harmonis dan damai dengan sesama. Selain itu, kita juga akan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT, sebagaimana tertuang dalam hadits di atas. Hadits tentang Memperbaiki Hubungan yang Rusak Terkadang, meskipun kita telah berusaha untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama, namun terjadi ketidakcocokan atau kesalahpahaman yang mengakibatkan hubungan rusak. Berikut ini adalah hadits-hadits tentang pentingnya memperbaiki hubungan yang rusak Hadits Arti “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” Dalam konteks hubungan antarmanusia, baiknya seseorang ditentukan oleh kebermanfaatannya bagi orang lain, termasuk dalam memperbaiki hubungan yang rusak. “Sejelek-jelek manusia adalah orang yang suka merusak hubungan.” Hadits ini menunjukkan betapa buruknya tindakan merusak hubungan, dan sebaliknya, pentingnya mengupayakan perbaikan hubungan yang rusak. “Barangsiapa yang meminta maaf dengan tulus, maka Allah akan memberikan kepadanya kejernihan hati.” Hadits ini mengajarkan pentingnya meminta maaf dengan tulus sebagai upaya untuk memperbaiki hubungan yang rusak. Dalam Islam, memperbaiki hubungan yang rusak harus dilakukan dengan niat tulus dan iklas, serta dengan mengedepankan sikap saling memaafkan. Dengan demikian, hubungan yang telah rusak dapat dipulihkan kembali dan tercipta perdamaian yang harmonis. Hadits tentang Sikap Bijaksana dalam Menjaga Perdamaian Menjaga perdamaian dengan sesama bukanlah hal yang mudah, terutama jika ada perbedaan pandangan atau kepentingan yang muncul. Oleh karena itu, kita perlu mengambil sikap bijaksana dalam menjaga perdamaian. Berikut ini adalah beberapa hadits tentang sikap bijaksana dalam menjaga perdamaian Hadits Arti “Sebaik-baik perkataan adalah yang baik, tulus dan jujur.” Dalam konteks menjaga perdamaian, kita perlu menggunakan perkataan yang baik dan jujur, tanpa menyebarkan fitnah atau ujaran kebencian yang dapat memicu perpecahan. “Sesungguhnya di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak berguna baginya.” Dalam konteks menjaga perdamaian, kita perlu menyadari bahwa tidak semua perdebatan dan pertengkaran perlu diikuti. Kadangkala, lebih baik kita meninggalkan hal-hal yang tidak berguna dan memilih untuk menjaga hubungan yang harmonis. “Dalam hal ini, kami memohon kepada Allah untuk memberikan hikmah kepada semua orang yang memimpin dan membuat keputusan, untuk memilih jalan yang terbaik bagi umat manusia, dan untuk menetapkan perdamaian dan keadilan di dunia.” Hadits ini mengarahkan kita untuk selalu memohon petunjuk dan hikmah kepada Allah SWT dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan perdamaian dan keadilan. Terkadang, sikap bijaksana yang diambil dalam menjaga perdamaian membutuhkan waktu dan kesabaran. Namun, dengan memahami dan mengaplikasikan hadits-hadits tentang perdamaian, kita akan dapat membangun harmoni dalam hidup beragama dan menciptakan dunia yang lebih damai bagi seluruh umat manusia. Kesimpulan Perdamaian merupakan prinsip utama dalam beragama Islam. Sebagai umat Muslim, kita harus memahami dan mengaplikasikan hadits-hadits tentang perdamaian sebagai panduan untuk membina hubungan yang harmonis dan damai dengan sesama. Hadits-hadits tersebut menegaskan pentingnya menjaga perdamaian, menghindari perpecahan, memperbaiki hubungan yang rusak, dan mengambil sikap bijaksana dalam menjaga perdamaian. Dengan memahami dan mengaplikasikan hadits-hadits tersebut, kita akan dapat membangun harmoni dalam hidup beragama dan menciptakan dunia yang lebih damai bagi seluruh umat video ofHadits tentang Perdamaian Membangun Harmoni dalam Hidup Beragama Berikutkumpulan hadits tentang persaudaraan yang bisa jadi pedoman untuk menjaga persatuan dengan sesama Muslim. Orang yang Beriman Sesungguhnya Bersaudara Dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 10 disebutkan bahwa umat muslim itu adalah saudara satu dengan lainnya. Allah berfirman: "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Jakarta - Mengutip ayat 103 Surah Ali Imran, Presiden Rusia Vladimir Putin meminta dua pihak yang terlibat perang saudara di Yaman berdamai. Politikus yang lama berkarier di intelijen Uni Sovyet itu juga mengutip referensi lain dari ayat Alquran tentang Islam cinta damai, yaitu bagaimana tindakan kekerasan hanya diperbolehkan untuk membela Ali Imran ayat 103 berbunyi;وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونArtinya Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu masa Jahiliyah bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. QS. Ali 'Imran [3] 103Selain Ali Imran 103, berikut ini 5 ayat Alquran tentang perdamaian1. Surah Al Hujurat ayat 13يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."2. Surah Al Hujurat ayat 9وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ تَفِيءَ إِلَىٰ أَمْرِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا ۖ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ"Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil."3. Surah An-Nisaa ayat 114لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh manusia memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar."4. Surah An-Nisaa ayat 90إِلَّا الَّذِينَ يَصِلُونَ إِلَىٰ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ أَوْ جَاءُوكُمْ حَصِرَتْ صُدُورُهُمْ أَنْ يُقَاتِلُوكُمْ أَوْ يُقَاتِلُوا قَوْمَهُمْ ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَسَلَّطَهُمْ عَلَيْكُمْ فَلَقَاتَلُوكُمْ ۚ فَإِنِ اعْتَزَلُوكُمْ فَلَمْ يُقَاتِلُوكُمْ وَأَلْقَوْا إِلَيْكُمُ السَّلَمَ فَمَا جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ عَلَيْهِمْ سَبِيلًا"Kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian damai atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya. Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu maka Allah tidak memberi jalan bagimu untuk menawan dan membunuh mereka."5. Surah Al Anfal ayat 61وَإِنْ جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ"Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." erd/erd . 193 129 236 380 243 336 170 250

kumpulan hadits tentang perdamaian